RESOLUSI KONFLIK (Studi Konflik Antara Desa Ngali dengan Desa Renda Kecamatan Belo Kabupaten Bima)

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

SYARIF AHMAD

Abstract

Penelitian ini berjudul “RESOLUSI KONFLIK: Studi Penyelesaian Konflik antar Desa Ngali dan Desa Renda Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Penelitian dengan latar belakang maraknya konflik antar kampung yang terjadi di Kabupaten Bima. Konflik antar kampung merupakan konflik horizontal yang terjadi antara desa Ngali dengan desa Renda Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Metodelogi dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu menggali faktor-faktor penyebab terjadinya konflik antar kampung, khususnya yang terjadi antara Desa Ngali dengan desa Renda. Teori yang digunakan sebagai pendekatan konseptual dalam penelitian ini adalah teori George Simmel (1991), yang memandang bahwa konflik sesuatu yang tidak terhindarkan di dalam suatu masyarakat. Semakin konflik dapat dipahami sebagai sesuatu yang akan berakhir, semakin kurang kecenderungan konflik akan menjadi keras. Sikap Sentime dalam Masyarakat Desa Renda dan Ngali, Dendam yang Berkelanjutan, Peranan Pemerintah Daerah Bima dalam Penyelesaian Konflik antar Desa, Lemahnya Penegakan Hukum.

Resolusi konflik antara desa Renda dan Ngali bukanlah hal yang mudah, dan juga konflik yang berlangsung di kedua desa ini cukup berdarah dan waktu yang cukup lama, sehingga membutuhkan banyak energi untuk dikerahkan dalam melakukan urung-rembung terhadap masalah yang sedang terjadi. Konflik yang berawal dari solidaritas kelompok didalam masyarakat Desa Renda maupun Desa Ngali ini cukup memberikan alasan yang kuat bagi kita untuk melirik aktivitas masyarakat sebagai bentuk solidaritas kelompok. Dalam mekanisme penyelesaian konflik Lewis A. Coser bahwa Ketgangan maupun rasa permusuhan yang mendasar tetap ada ditengah masyarakat/kelompok yang tidak terlihat atau yang bersifat laten (dibawah permukaan), solidaritas dan kekompakan yang nampak. Dalam mekanisme penyaluran konflik, ketegangan dapat terungkap melalui berbagai bentuk tindakan, baik antar pribadi maupun kelompok. Penyaluran konflik (safety valve) dapat berupa pengaturan terhadap resolusi konflik itu sendiri dari dalam masyarakat. Katup penyelamat merupakan suatu mekanisme khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik social.

Proses resolusi konflik antara desa Renda dan desa Ngali terjadi berlangsung secara permanen, dan bersifat sementara. Penyelesaian konflik lewat musyawarah mufakat, dan lewat kepolisian atau pengadilan hanya bersifat sementara saja, pada substansinya permasalahan utama dari konflik tersebut belum tersentuh oleh berbagai pendekatan penyelesaian konflik pemerintah daerah Kabupaten Bima. Konflik yang terpendam (laten) terus mengontrol dan menumbuh kembangkan rasa permusuhan dari masyarakat itu sendiri. Potensi konflik antar desa di desa Renda dan desa Ngali bukan hanya terlahir sebagai solidaritas sosial semata, akan tetapi ada faktor yang paling mendasar pada semestinya mendapatkan sentuhan langsung dari pemerintah Kabupaten Bupati dan walikota Bima tanpa harus mengesampingkan persoalan- persoalan lainya dalam masyarakat

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

References

  1. Affandi, H. I. 2004. Akar Konflik Sepanjang Zaman, Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
  2. Ardiansyah, S. I. 2010. Konflik Etnis Samawa dengan Etnis Bali: Tinjauan Sosial Politik dan Upaya Resolusi Konflik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Samawa, Sumbawa Besar, NTB. Vol.23/4, pp 286-292. Diunduh dari: http:// www. journal. unair.ac.id /filer PDF/ 04Syaifuddin.
  3. Bugin, B. 2013. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  4. Demartoto, A. 2010. Strukturalisme Konflik: Pemahaman Akan Konflik Pada Masyarakat Industri Menurut Lewis Coser dan Ralf Dahrendorf. Dilema, Jurnal Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret. ISSN : 0215 - 9635, Vol. 24/1. Diunduh dari: https://eprints.uns.ac.id/12954/
  5. Eka, H. Ar. et. al. 2013. Integrasi Sosial Dalam Masyarakat Multi Etnik. Walisongo, Vol. 21/1. Diunduh dari: http:// www.journal.walisongo.ac.id/index. php/walisongo/article/download/242/223.
  6. Hatington, S. 1996. Benturan Antar Peradaban dan masa depan politik dunia: The Clash of Civilization: and The Remaking off World Order. UK: Free Press.
  7. Ilyas. 2014. Kajian Penyelesaian Konflik Antar Desa Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Academica fisip UNTAD. Vol. 06/1. Diunduh dari: http:// jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/acad-emica/ artic le / view/2238.
  8. Jamil, M. M. et, al. 2007. Mengelola Konflik Membangun Damai: Teori, Strategi, dan Implementasi Resolusi Konflik. Semarang: WMC (Walisongo Mediation Centre).
  9. Johnson, D. P. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. University of florida. Jilid II.
  10. (Diterjemahkan oleh Robert M.z. Lawang). Jakarta: Gramedia.
  11. Kinseng, R. A. 2014. Konflik Nelayan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  12. Kimberly, T. 2006. The Micropolitics of Reconciliation in Postwar Peru. Journal of conflict resolution. Department of anthropology harvard university. Vol. 50/3, pp 433-457.
  13. Miall, H. et, al., 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer; Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras. Jakarta: Raja Grafindo persada.
  14. Muhlis. 2013. Traditional Conflict and its Interventions. Walisongo.Vol.21/1. Diunduh dari: http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/238
  15. Moleong, L. J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.: Bandung: Remaja Rosda Karya Offset.
  16. Poloma, M. M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  17. Ritzer G. 2012. Teori Sosiologi: Dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir postmodern. Edisi kedelapan. Pustaka Pelajar.
  18. Rozi, et al., 2006. Kekerasan Komunal: Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  19. Sanginga, P. C. et al., 2007. The dynamics of sosial capital and conflict management in multiple resource regimes: a case of the southwestern highlands of Uganda). Ecology and Society. International Centre for Tropical Agriculture -CIAT, Africa Highlands Initiative, Natural Resources Institute. Vol. 12/1. Diunduh dari: file:///C:/Users/ACER/ Downloads/ES-2006-1847.pdf
  20. Sukmawan, P. Y. 2012. Melerai Konflik Antar Desa (Studi sengketa air desa udanuwuh dengan desa dlingo). Studi pembangunan interdisiplin (kritis).Vol. 21/2. Pp.155- 173
  21. Suprapto. 2013. Revitalisasi Nilai-nilai Kearifan Lokal bagi Upaya Resolusi Konflik. Walisongo, IAIN Mataram. Vol. 21/1. Diunduh dari: http://journal.walisongo.ac.id/index. php/ walisongo/article/viewFile/235/216
  22. Sulaeman, M. M. 2015. Resolusi Konflik Pendekatan Ilmiah Modern Dan Model
  23. Tradisional Berbasis Pengetahuan Lokal (Kasus di Desa Gadingan Kecamatan
  24. Sliyeg Kabupaten Indramayu). Sosiohumaniora. Universitas Padjadjaran
  25. Bandung. Vol. 17/1. pp 41-48. Diunduh dari: http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumaniora/article/ view/5671
  26. Tajib, A. 1995. Sejarah Bima Dana Mbojo. Jakarta: Harapan Masa PGRI.